Jumat, 12 Agustus 2016

Makalah Tanaman Semusim


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kacang tanah dengan nama ilmiah Arachis hypogaea merupakan tanaman polong-polongan yang termasuk anggota family Fabaceae. Kacang tanah ini mengandung zat-zat yang penting bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kacang tanah juga merupakan kacang-kacangan terpenting setelah kedelai. Kacang tanah kaya akan lemak; protein yang tinggi bahkan jauh lebih tinggi dari protein pada daging, telur dan kacang soya; zat besi; vitamin E; vitamin B kompleks; vitamin A dan K; fosforus; lesitin, kolin dan kalsium.
Kacang tanah juga mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh untuk mencegah beberapa macam penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat. Selain itu banyak lagi manfaat kacang tanah bagi kesehatan tubuh seperti membantu meningkatkan kesuburan, membantu mengatur gula darah, membantu mencegah batu empedu, membantu tingkat kolesterol rendah, dan lain-lain.
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kacang tanah ?
  2. Bagaimana cara pembudidayaan kacang tanah ?
1.2. Tujuan
  1. Mengetahui syarat tumbuh tanaman kacang tanah.
  2. Mengetahui dan dapat menjelaskan cara pembudidayaan tanaman kacang tanah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis.
2.2. Jenis Tanaman
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi               : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi       : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas                 : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo                : Leguminales
Famili              : Papilionaceae
Genus              : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L
Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a)      Daya hasil tinggi
b)      Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c)      Hasilnya stabil.
d)     Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e)      Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a)      Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b)      Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c)      Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang “Waspada” karena memang berbeda varietas.
2.3. Manfaat Tanaman
Kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit atau diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50 persen), protein (27 persen), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain kalcium, klorida, ferro, magnesium, phospor, kalium dan sulphur.
2.4. Sentra Penanaman
Kacang tanah ditingkat Internasional mula-mula terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.
2.5. Syarat Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
a)      Iklim
v  Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman kacang tanah.
v  Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32°C. Bila suhunya dibawah 10°C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
v  Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 persen. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar tanaman.
v  Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
b)      Media Tanam
v  Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
v  Derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah 6,0–6,5.
v  Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan beraerasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
c)      Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
2.6. Pembudidayaan Tanaman Kacang Tanah
a)      Pembibitan
v  Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih kacang tanah yang baik adalah:
§  Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
§  Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 persen) dan sehat.
§  Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
§  Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
§  Kadar air benih berkisar 9-12 persen.
v  Penyiapan Benih
Penyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
§  Benih dilakukan secara generatif (biji).
§  Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
§  Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
§  Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

b)      Pengolahan Media Tanam
v  Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang tanah.
v  Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
v  Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10-20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20-30 cm.
v  Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
v  Pemupukan
Pemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea = 60-90 kg ditambah TSP = 60-90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.

c)      Teknik Penanaman
v  Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.
v  Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.
v  Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi hizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.

d)     Pemeliharaan Tanaman
v  Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh 3-7 hari setelah tanam).
v  Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.
v  Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman.
v  Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan-kiri lubang.
v  Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukanp penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.
v  Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
v  Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

e)      Hama dan Penyakit
v  Hama
§  Uret                                                                                                                                                                                         
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
§  Ulat berwarna                                                                                                   
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
§  Ulat grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.
Pengendalian: 1. bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; 2. penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
§  Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah.
Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
§  Sikada
Gejala: menghisap cairan daun.
Pengendalian: 1. penanaman serempak, pergiliran tanaman; 2. penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
§  Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga.
Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.
v  Penyakit
    • Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
    • Penyakit sapu setan
Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).
    • Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 persen atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.
    • Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.
    • Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.
    • Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
    • Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vekto penularan harus dibasmi.

f)       Panen
v Ciri dan Umur Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek 3-4 bulan dan umur panjang 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
§  Batang mulai mengeras.
§  Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, polong sudah berisi penuh dan keras.
§  Warna polong coklat kehitam-hitaman.
v  Cara Panen
Cabut tanaman, lalu petik polong (buahnya), bersihkan dan dijemur di sinar matahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuat berbagai jenis produk makanan.
v  Perkiraan Produksi
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.

g)      Pasca Panen
v  Pengumpulan
Kumpulkan tanaman kacang tanah ditempat strategis.
v  Penyortiran dan Penggolongan
Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.
v  Penyimpanan
§  Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.
§  Penyimpanan dalam bentuk biji kering.
§  Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9 persen lalu masukan ke dalam wadah.
v  Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah atau polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang penting kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.
Syarat pertumbuhan tanaman kacang tanah yaitu iklim, media tanam, dan ketinggian tempat. Pembudidayaan tanaman kacang tanah mulai dari pembibitan meliputi persyaratan benih, dan penyiapan benih. Pengolahan media tanam meliputi persiapan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan, pengapuran, pemupukan. Teknik penanaman meliputi penentuan pola tanam, pembentukan lubang tanam, cara penanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman, waktu penyemprotan pestisida. Pemanenan meliputi ciri dan umur panen, cara penen. 

Makalah Tanaman Perkebunan


BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia yang nyatanya bergelar Negara agraris ini, tidak dapat dipisahkan dari, berbagai usaha dari sektor pertanian salah satunya pada sektor perkebunan, yang salah satunya merupakan produk olahan dari perkebunan Teh, baik itu dari produk olahan rakyat, pemerintah, ataupun perusahaan-perusahaan swasta.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F.
Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1728 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dalam bentuk biji-bijian dalam jumlah yang besar karena tertarik untuk membudidayakannya di pulau Jawa. Sayangnya, usaha tersebut tidak berhasil. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas.
Perkebunan teh yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah RI sejak kemerdekaan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski demikian dalam manajemen di tingkat perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara ini masih menggunakan teknologi atau mesin buatan Belanda. Kini, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan pengelolaan industri teh dari hulu hingga hilir.

1.2 Rumusan Masalah
§  Bagaimana cara membudidayakan tanaman perkebunan tanaman teh?

1.3  Tujuan
§  Untuk mengetahui cara membudidayakan tanaman perkebunan tanaman teh.



BAB II
PEMBAHASAN



            Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.
            Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea sinensis. Kemudian, selama bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah oleh para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka dan Cohen Stuart dari Indonesia menggunakan nama Camellia theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-seragaman nama ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia sinensis (L) yang di-perkenalkan oleh O. Kuntze (Eden, 1956). Tanaman teh termasuk marga (genus) Camelia dari famili Theaceae.

2.2 Klasifikasi Tanaman Teh
Menurut Graham (1984), tanaman teh (Camellia sinensis) diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi               : Spermatophyta  
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Sub Kelas        : Dialypetalae
Ordo                : Clusiales
Familia            : Theaceae
Genus              : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Teh
Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o C.Kelembaban kurang dari 70%. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30o C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.
Pada ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.

2.4 Persiapan Lahan
            Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke akar agar  tidak  menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum  urutan  kerja persiapan lahan bagi penanaman baru adalah sebagai berikut.
1).    Survey dan pemetaan tanah
Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam me-nentukan sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk  transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.
2).    Pembongkaran pohon dan tunggul
Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
a)      Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar tidak menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
b)      Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan pohon (ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12 bulan, pohon akan kering dan mati.
c)      Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atau aborosida seperti Natrium arsenat atau Garlon 480 P.Pada cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-20cm, pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5 g/cm lingkaran batang. Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan tanah.
3).    Pembersihan semak belukar dan gulma
Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan pohon, semak belukar dibabat, kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang  tidak ditanami teh, atau ditumpuk di pinggir lahan yang akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh, membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah tercantum dalam merk dagang.
4).    Pengolahan tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan sedalam 40 cm untuk maratakan lahan.
5).    Pembuatan jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan selesai selanjutnya dilakukan pengukuran dan pematokkan. Ajir/patok dipasang setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.
Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan jalan kebun. Dalam pembuatan jalan kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. Dengan demikian jalan kebun dibuat secukupnya, tidak terlalu banyak yang menyebabkan tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan di kebun.

2.5 Pembibitan
            Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon. Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
1).    Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.
2).    Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
3).    Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam air akan tenggelam.
4).    Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
5).    Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah, dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh mudah menjadi busuk.
1).    Penyemaian biji
Persiapan lahan untuk persemaian harus dilaksanakan 6 bulan sebelum penyemaian benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan. Diantara bedengan dibuat saluran drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan diberi atap naungan miring timur-barat dengan sudut kemiringan 300. Pengecambahan biji dimaksudkan untuk memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan pemindahannya ke persemaian bibit atau kekantong plastik.
2).    Pemeliharaan dipersemaian bibit asal biji
Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar dari gangguan hama dan penyakit, bibit dipersemaian harus dijaga dengan baik.
Pemeliharaan bibit terdiri atas:
1).    Penyiraman
2).    Penyulaman
3).    Penyiangan
4).    Pemupukan
5).    Pengendalian hama dan penyakit
6).    Pengaturan naungan
7).    Pemindahan bibit ke lapangan
Setelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari pensil, dapat dibongkar untuk dipindahkan ke kebun.
Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:
Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah.
1).    Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm, selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang terlalu panjang bisa dipotong.
2).    Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di kebun yang telah dipersiapkan.
3).    Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.
Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap, sehingga perusahaan perkebunan teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila digunakan bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-silangan yang dapat menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya.
Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang di-tentukan dapat dipastikan sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan setek berupa setek bibit yang baik, diperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang baik dan tepat waktu.


Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:
1).    Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.
2).    Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.
3).    Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.
4).    Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.
5).    Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi yang akan ditanami.
 Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah (subsoil). Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6. Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikem-bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.
            Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Bahan campuran dan dosis untuk  media tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Adapun pengambilan ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda bahwa setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan ruas sepanjang0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.
Setek ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.

2.6 Penanaman
Dalam penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan.

            Pembuatan  lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum dilakukan penanaman. Lubang tanam yang dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanamnya adalah:
1).    Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm.
2).    Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Ada dua kegiatan dalam proses penanaman, yaitu:
1).    Pemberian pupuk dasar
Pupuk dasar yang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g + KCl 5 g per lubang. Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang tanam diberikan belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10-15 g per lubang.
2).    Cara penanaman
a)      Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat dipermukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam diratakan.
b)      Menanam bibit asal stek
Mula-mula kantong plastik disobek pada bagian bawah dan sampingnya untuk memudahkan melepaskan bibit dari plastik. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik keatas sehingga bagian bawah kantong  plastik  terbuka . selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disanggga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.

Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Untuk dataran rendah dan sedang, pohon pelindung sangat diperlukan oleh tanaman teh agar pertumbuhannya baik. Jenis – jenis pohon pelindung, yaitu :
1).    Pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti Theprosia  sp.  atau Crotalaria  sp. Penanaman pohon pelindung sementara dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk hijau tersebut adalah 10 kg-12 kg/ha.
2).    Pohon pelindung tetap
Penanaman pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Penggunaan pohon pelindung tetap bukan jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan ditanam harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu memilki mahkota yang baik, perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya terhadap serangan hama atau penyakit baik.
Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh, pohon pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada saat tanaman teh berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung sebaiknya ditanam satu tahun sebelum dilakukan penanaman teh.

2.7 Pemeliharaan
1).    Pemeliharaan dan pemangkasan
Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya telah mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa pangkasan dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman. Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada waktu musim hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu tanaman teh muda membutuhkan naungan.
2).    Pengendalian gulma
Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang membahayakan tanaman teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat. Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.
3).    Pengendalian Hama dan Penyakit
Produksi dan kualitas tanaman teh dipengaruhi oleh adanya tidaknya gangguan yang disebabkan oleh penyakit tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh dan cara pengendaliannya sebagai berikut :

a)      Penyakit Cacar Teh (Blister blight)
Gejala yang nampak, daun teh yang terserang terlihat bercak berwarna putih campur hijau. Bercak terlihat seperti benjolan kecil, terlihat berwarna hitam dan kadang berlubang. Tanaman yang terserang daunnya mengering dan akhirnya mati.
Cara pengendalian sebagai berikut :
§  Mengurangi pohon pelindung atau mengganti pohon pelindung yang besar dengan pohon pelindung yang kecil
§  Mengatur periode pemangkasan
§  Pemetikan dilakukan dengan daur yang pendek (kurang dari 9 hari)
§  Menanam klon yang tahan terhadap cacar antara lain : PS1, RB 1, GMB1, GMB 2, GMB 3, GMB 4 dan GMB 5.
§  Tanaman yang terserang disemprot dengan Coper oxychloride 50% WP 0,2% atau Perenox 0,2% dengan interval 1 minggu.
Penyakit cacar juga dapat disebabkan oleh jamur  Exobasidium vexans Massae berasal dari Assam, India. Untuk pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun 1949, yaitu di perkebunan Bah Butong, Sumatera Utara. Sejak saat ini penyakit cacar meluas ke hampur seluruh perkebunan teh di Indonesia, dan menjadi penyakit yang paling merugikan, terutama untuk kebun-kebun teh di dataran tinggi.  


b)     Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia)
Gejala yang nampak, pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih. Benang ini selanjutnya mengeras dan liat, warnanya menjadi merah sampai merah tua. Pada serangan yang sudah lanjut benang ini dapat mengikat butir-butir pasir dan tanah sehingga terlihat seperti kerak-kerak yang menjalar diatas tanah. Bila serangan sudah parah, tanaman akan mati dan benang tersebut berubah warnanya menjadi hitam. Cara pengendalian :
§  Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya.
§  Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar. 
§  Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
§  Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

c)      Penyakit Leher Akar (Ustulina máxima
Gejala yang nampak, leher akar terjadi infeksi dan bagian bawahnya terdapat noda-noda hitam. Diantara kayu dan kulit terlihat benang-benang yang khas berbentuk seperti kipas berwarna putih. Kayu menjadi kering dan terasa lembek serta ada garis-garis hitam.
Cara pengendalian :
      • Bila penyakit baru menyerang, kulit dan kayu yang terserang dipotong dan ditutup dengan obat penutup luka. Bila penyakit sudah parah, tanaman dibongkar dan dibakar.
      • Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut:
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
      • Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

d)     Penyakit akar hitam
Cara pengendalian :
§  Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya serta membersihkan sampah-sampah yang ada pada tempat yang diserang kemudian dibakar. 
§  Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar. 
§  Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
§  Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

e)      Penyakit Busuk Daun 
Penyakit busuk daun biasanya menyerang pada bibit tanaman melalui stek. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan Fungisida Benomyl dengan konsentrasi 0,2% yang disemprotkan kedalam tanah persemaian setelah stek ditanam. Cara lain adalah dengan melakukan mencelupkan stek yang akan ditanam kedalam larutan Fungisida Carbamat dengan konsenrasi 0,2% formulasi.

2.8 Pemetikan
            Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu  55 hari sekali. Disamping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1).    Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2).    Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
3).    Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
4).    Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
5).    Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6).    Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7).    Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:
1).    Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
2).    Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
3).    Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
4).    Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
5).    Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6).    Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).
Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:
1).    Pemetikan jendangan
2).    Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.
3).    Pemetikan produksi
4).    Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
  
2.9 Pascapanen
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.
Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.
Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.
Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.
Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka  daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack.

2.10 Pemasarn di Tingkat Petani
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dan memiliki perkembangan baik dalam segi harga maupun segi pemasaran. Rantai pemasaran teh cukup, hanya melibatkan tiga lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul tingkat desa dan pedagang besar yang merangkap sebagai pengolah dan eksportir

BAB III
PENUTUP



3.1 Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal terpenting dalam Pembuat produk olahan teh biasanya Pengolahan teh akan menghasilkan tiga macam teh yang berbeda, yakni teh hitam hasil fermentasi, teh hijau yang tidak difermentasi, dan teh oolong yang mengalami setengah fermentasi.
Teh bermanfaat dalam kesehatan dan juga memiliki nilai jual atau komersil yang tinggi, ekspor teh selain dapat menambah devisa Negara namun juga mampu membangun perekonomian masyarakat menjadi jauh melangkah maju kearah yang lebih baik, walau kini Indonesia mengalami penurunan, namun dengan adanya ide-ide baru, dan inovasi-inovasi terkini, diyakini Teh dari Indonesia tidak akan kalah saing dipasaran, hal ini karena tingginya khasiat yang terkandung dalam Teh yang tumbuh di tanah Indonesia.


Paling Dilihat

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Label