BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia yang nyatanya
bergelar Negara agraris ini, tidak dapat dipisahkan dari, berbagai usaha dari
sektor pertanian salah satunya pada sektor perkebunan, yang salah satunya
merupakan produk olahan dari perkebunan Teh, baik itu dari produk olahan
rakyat, pemerintah, ataupun perusahaan-perusahaan swasta.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia
tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama
Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694,
seorang pendeta bernama F.
Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda
berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di
Jakarta. Pada tahun 1728 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dalam
bentuk biji-bijian dalam jumlah yang besar karena tertarik untuk
membudidayakannya di pulau Jawa. Sayangnya, usaha tersebut tidak berhasil. Teh
jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun
1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan
masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China
diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia
berkembang semakin luas.
Perkebunan teh yang dikelola oleh pemerintah
Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah RI sejak kemerdekaan dan dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski demikian dalam manajemen di tingkat
perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara
ini masih menggunakan teknologi atau mesin buatan Belanda. Kini, perkebunan dan
perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Perusahaan-perusahaan swasta
melakukan pengelolaan industri teh dari hulu hingga hilir.
1.2 Rumusan Masalah
§
Bagaimana cara membudidayakan
tanaman perkebunan tanaman teh?
1.3 Tujuan
§
Untuk
mengetahui cara membudidayakan tanaman perkebunan tanaman teh.
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam
peradaban manusia. Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.
Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea
sinensis. Kemudian, selama bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah
oleh para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri
Lanka dan Cohen Stuart dari Indonesia menggunakan nama Camellia
theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-seragaman nama ilmiah untuk
tanaman ini yaitu Camellia sinensis (L) yang di-perkenalkan
oleh O. Kuntze (Eden, 1956). Tanaman teh termasuk marga
(genus) Camelia dari famili Theaceae.
2.2 Klasifikasi Tanaman Teh
Menurut Graham
(1984), tanaman teh (Camellia sinensis) diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas :
Dialypetalae
Ordo
: Clusiales
Familia
: Theaceae
Genus
:
Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
Iklim untuk budidaya teh
yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, dengan
bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Tanaman
memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o C.Kelembaban
kurang dari 70%. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi
pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu
mencapai 30o C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.
Pada ketinggian 400 –
800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara.
Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu
tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor
iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat
menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta
berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
Untuk media tanamnya
jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun
teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol,
dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah,
berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar
antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia
dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran
sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan
perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon,
teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih
dari 1000 m dpl.
2.4 Persiapan Lahan
Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke
akar agar tidak menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan
untuk penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan
pertanian lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara
umum urutan kerja persiapan lahan bagi penanaman baru adalah
sebagai berikut.
1).
Survey dan
pemetaan tanah
Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna
dalam me-nentukan sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan
kebun untuk transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta
pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.
2).
Pembongkaran
pohon dan tunggul
Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan
dengan tiga cara berikut.
a)
Pohon dan
tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar tidak
menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
b)
Pohon dapat
dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan pohon
(ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah
6-12 bulan, pohon akan kering dan mati.
c)
Pohon
dimatikan dengan penggunaan racun kimia
atau aborosida seperti Natrium arsenat atau Garlon 480
P.Pada cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-20cm, pada
ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5
g/cm lingkaran batang. Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah
cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada batang leher akar dan
tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan tanah.
3).
Pembersihan
semak belukar dan gulma
Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan
pohon, semak belukar dibabat, kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang
tidak ditanami teh, atau ditumpuk di pinggir lahan yang akan ditanami.
Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh,
membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus tanah,
sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma dapat
juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah
tercantum dalam merk dagang.
4).
Pengolahan
tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan
tanah menjadi subur, gembur dan bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta
mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang akan ditanami dicangkul sebanyak
dua kali. Pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan
tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan kedua
dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan sedalam 40 cm
untuk maratakan lahan.
5).
Pembuatan
jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan selesai
selanjutnya dilakukan pengukuran dan pematokkan. Ajir/patok dipasang
setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian
akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.
Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan
jalan kebun. Dalam pembuatan jalan kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor
kemiringan lahan serta faktor pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk.
Dengan demikian jalan kebun dibuat secukupnya, tidak terlalu banyak yang
menyebabkan tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan
pelaksanaan pekerjaan di kebun.
2.5 Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan
perbanyakan secara vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.
Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
1).
Kulit biji
berwarna hitam dan mengkilap.
2).
Berisi
penuh, dengan isi biji berwarna putih.
3).
Mempunyai
berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam
air akan tenggelam.
4).
Mempunyai
bentuk dan ukuran yang normal.
5).
Tidak
terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Biji yang dipungut untuk
dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah, dikumpulkan secara
teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya
biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh
mudah menjadi busuk.
1).
Penyemaian
biji
Persiapan lahan untuk persemaian harus
dilaksanakan 6 bulan sebelum penyemaian benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul
sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan. Diantara bedengan dibuat saluran
drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan diberi atap naungan miring
timur-barat dengan sudut kemiringan 300. Pengecambahan biji dimaksudkan
untuk memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan
pemindahannya ke persemaian bibit atau kekantong plastik.
2).
Pemeliharaan
dipersemaian bibit asal biji
Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh
subur dan sehat serta terhindar dari gangguan hama dan penyakit, bibit
dipersemaian harus dijaga dengan baik.
Pemeliharaan bibit terdiri atas:
1).
Penyiraman
2).
Penyulaman
3).
Penyiangan
4).
Pemupukan
5).
Pengendalian
hama dan penyakit
6).
Pengaturan
naungan
7).
Pemindahan
bibit ke lapangan
Setelah bibit berumur
dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari pensil, dapat dibongkar
untuk dipindahkan ke kebun.
Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:
Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang
dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah.
1).
Bibit
dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm,
selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang
terlalu panjang bisa dipotong.
2).
Bibit ini
disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di
kebun yang telah dipersiapkan.
3).
Bibit yang
ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.
Pertanaman teh diarahkan
pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap, sehingga perusahaan
perkebunan teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila digunakan
bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-silangan yang dapat
menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya.
Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang
paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis
klon yang di-tentukan dapat dipastikan sifat keunggulannya sama dengan
induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan setek berupa setek bibit yang
baik, diperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang baik dan
tepat waktu.
Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:
1).
Lokasi
terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.
2).
Dekat
dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.
3).
Dekat
dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.
4).
Lebih baik
bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.
5).
Dekat
dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi yang
akan ditanami.
Media tanah untuk
setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah (subsoil).
Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi
sehingga dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak
boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5
– 5,6. Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna
untuk membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikem-bangkan.
Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah satu faktor dalam
menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.
Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus
tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan
kawat yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong
plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Bahan
campuran dan dosis untuk media tanah dapat dilihat
pada Tabel 1.
Adapun pengambilan
ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah
pemangkasan. Tanda bahwa setekres matang ialah apabila pangkal
stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. ranting dipotong
dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan ruas
sepanjang0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.
Setek ditampung dalam
satu tempat yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30
menit. Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan
rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.
2.6 Penanaman
Dalam penanaman, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran,
pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang
diperlukan.
Pembuatan lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum dilakukan penanaman.
Lubang tanam yang dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran
lubang tanamnya adalah:
1).
Untuk bibit
asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm.
2).
Untuk bibit stek dalam kantong
plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Ada dua kegiatan dalam proses penanaman, yaitu:
1).
Pemberian pupuk dasar
Pupuk
dasar yang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g + KCl 5 g per
lubang. Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang tanam diberikan belerang
murni (belerang cirrus) sebanyak 10-15 g per lubang.
2).
Cara penanaman
a)
Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya
ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam
lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat
dipermukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan
diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam
diratakan.
b)
Menanam bibit asal stek
Mula-mula
kantong plastik disobek pada bagian bawah dan sampingnya untuk memudahkan
melepaskan bibit dari plastik. Ujung kantong plastik bagian bawah yang
telah sobek ditarik keatas sehingga bagian bawah kantong plastik
terbuka . selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disanggga dengan
belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan
menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan
menggunakan kored.
Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau
pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon
pelindung tetap. Untuk dataran rendah dan sedang, pohon pelindung sangat
diperlukan oleh tanaman teh agar pertumbuhannya baik. Jenis – jenis pohon
pelindung, yaitu :
1).
Pohon pelindung sementara
Pohon
pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti Theprosia
sp. atau Crotalaria sp. Penanaman pohon
pelindung sementara dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih
pupuk hijau tersebut adalah 10 kg-12 kg/ha.
2).
Pohon pelindung tetap
Penanaman
pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan ketinggian kurang dari
1.000 m dpl. Penggunaan pohon pelindung tetap bukan
jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan
ditanam harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu
memilki mahkota yang baik, perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya
terhadap serangan hama atau penyakit baik.
Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik
pada tanaman teh, pohon pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada
saat tanaman teh berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung sebaiknya
ditanam satu tahun sebelum dilakukan penanaman teh.
2.7
Pemeliharaan
1). Pemeliharaan dan pemangkasan
Tanaman teh yang belum menghasilkan
mendapat naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria
sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam
selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya
telah mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau ini tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50
cm dan sisa pangkasan dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman. Pemangkasan
tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada waktu musim
hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu
tanaman teh muda membutuhkan naungan.
2). Pengendalian gulma
Pengendalian gulma di perkebunan teh
merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan
tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan merugikan
tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air,
cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula
mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang membahayakan tanaman
teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar
terutama pada areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang
baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan
secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju
per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat. Pengendalian gulma
pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin kerugian yang
ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan
produksi pucuk yang maksimal.
3). Pengendalian Hama dan Penyakit
Produksi dan kualitas tanaman teh
dipengaruhi oleh adanya tidaknya gangguan yang disebabkan oleh penyakit
tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh dan cara pengendaliannya
sebagai berikut :
a)
Penyakit Cacar Teh (Blister blight)
Gejala yang nampak, daun teh yang
terserang terlihat bercak berwarna putih campur hijau. Bercak terlihat seperti
benjolan kecil, terlihat berwarna hitam dan kadang berlubang. Tanaman yang
terserang daunnya mengering dan akhirnya mati.
Cara pengendalian sebagai berikut :
§ Mengurangi pohon pelindung atau mengganti
pohon pelindung yang besar dengan pohon pelindung yang kecil
§ Mengatur periode pemangkasan
§ Pemetikan dilakukan dengan daur yang
pendek (kurang dari 9 hari)
§ Menanam klon yang tahan terhadap
cacar antara lain : PS1, RB 1, GMB1, GMB 2, GMB 3, GMB 4 dan GMB 5.
§ Tanaman yang terserang disemprot
dengan Coper oxychloride 50% WP 0,2% atau Perenox 0,2% dengan interval 1
minggu.
Penyakit cacar juga dapat disebabkan
oleh jamur Exobasidium vexans Massae berasal dari Assam,
India. Untuk pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun
1949, yaitu di perkebunan Bah Butong, Sumatera Utara. Sejak saat ini penyakit
cacar meluas ke hampur seluruh perkebunan teh di Indonesia, dan menjadi
penyakit yang paling merugikan, terutama untuk kebun-kebun teh di dataran
tinggi.
b)
Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia)
Gejala yang nampak, pada permukaan
akar terdapat benang-benang berwarna putih. Benang ini selanjutnya mengeras dan
liat, warnanya menjadi merah sampai merah tua. Pada serangan yang sudah lanjut
benang ini dapat mengikat butir-butir pasir dan tanah sehingga terlihat seperti
kerak-kerak yang menjalar diatas tanah. Bila serangan sudah parah, tanaman akan
mati dan benang tersebut berubah warnanya menjadi hitam. Cara pengendalian
:
§ Membongkar dan membakar
tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai
ke akar-akarnya.
§ Membuat saluran draenasi secukupnya
dan tidak menanam pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar.
§ Melakukan fumigasi dengan Methyl
Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
§ Melakukan fumigasi dengan Vapam
dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan
jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah
dapat ditanami teh kembali.
c)
Penyakit Leher Akar (Ustulina máxima)
Gejala yang nampak, leher akar
terjadi infeksi dan bagian bawahnya terdapat noda-noda hitam. Diantara kayu dan
kulit terlihat benang-benang yang khas berbentuk seperti kipas berwarna putih.
Kayu menjadi kering dan terasa lembek serta ada garis-garis hitam.
Cara pengendalian :
- Bila penyakit baru menyerang, kulit dan kayu yang terserang dipotong dan ditutup dengan obat penutup luka. Bila penyakit sudah parah, tanaman dibongkar dan dibakar.
- Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut:
Methyl Bromida dialirkan melalui
pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan
kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
- Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.
d)
Penyakit akar hitam
Cara pengendalian :
§ Membongkar dan membakar
tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai
ke akar-akarnya serta membersihkan sampah-sampah yang ada pada tempat yang
diserang kemudian dibakar.
§ Membuat saluran draenasi secukupnya
dan tidak menanam pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar.
§ Melakukan fumigasi dengan Methyl
Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui
pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan
kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh,
§ Melakukan fumigasi dengan Vapam
dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan
jarak antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah
dapat ditanami teh kembali.
e)
Penyakit Busuk Daun
Penyakit busuk daun biasanya
menyerang pada bibit tanaman melalui stek. Pengendalian dilakukan dengan
menggunakan Fungisida Benomyl dengan konsentrasi 0,2% yang disemprotkan kedalam
tanah persemaian setelah stek ditanam. Cara lain adalah dengan melakukan
mencelupkan stek yang akan ditanam kedalam larutan Fungisida Carbamat dengan
konsenrasi 0,2% formulasi.
2.8
Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman
agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya
periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas,
ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan
periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih
lama yaitu 55 hari sekali. Disamping faktor luar dan dalam, kecepatan
pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu
yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Tebal
lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih
tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan
tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis
petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan
pelaksanaan pemetikan.
Beberapa
istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan
rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1). Peko adalah kuncup tunas aktif
berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis
dengan huruf p.
2). Burung adalah tunas tidak aktif
berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis
dengan huruf b.
3). Kepel adalah dua daun awal yang
keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran
apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong,
licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli
diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel
licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang
bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan
huruf k.
4). Daun biasa/normal adalah daun yang
tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta
sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan
seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
5). Daun muda adalah daun yang baru
terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis
dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6). Daun tua adalah daun yang berwarna
hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan
ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7). Manjing adalah pucuk yang telah
memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.
Macam dan
rumus petikan adalah sebagai berikut:
1). Petikan imperial: bila yang dipetik
hanya kuncup peko (p + 0).
2). Petikan pucuk pentil: bila yang
dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
3). Petikan halus: bila yang dipetik
peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun
muda (p + 1m, b + 1m).
4). Petikan medium: bila yang dipetik
peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu,
dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
5). Petikan kasar: bila yang dipetik
dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga
lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6). Petikan kepel: bila daun yang
ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).
Jenis
pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:
1). Pemetikan jendangan
2). Pemetikan jendangan ialah pemetikan
yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk
bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan
yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.
3). Pemetikan produksi
4). Pemetikan produksi dilakukan terus
menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman
dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman
dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi
syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
2.9
Pascapanen
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi
kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang
memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti
warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung
dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol
(catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin.
vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.
Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan
yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang
bernama withered trough. Setiap 4 jam daun dibalik secara manual.
Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh.
Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai
dengan 48%.
Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam
gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari
monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun
teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh
dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali
dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3,
bubuk 4, dan badag.
Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak
melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses
fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya
proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan
bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang
lebih enak.
Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada
3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun
teh yang berwarna hitam dan yang berwarna merah dengan
menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran besar
dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh
harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar
maka akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik
berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor
maka daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas
kedalam papersack.
2.10 Pemasarn di Tingkat Petani
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting
dan memiliki perkembangan baik dalam segi harga maupun segi pemasaran. Rantai
pemasaran teh cukup, hanya melibatkan tiga lembaga pemasaran yaitu petani,
pedagang pengumpul tingkat desa dan pedagang besar yang merangkap sebagai pengolah
dan eksportir
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada
beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya teh atau
menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman,
hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal
lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal
terpenting dalam Pembuat produk olahan teh biasanya Pengolahan teh akan
menghasilkan tiga macam teh yang berbeda, yakni teh hitam hasil fermentasi, teh
hijau yang tidak difermentasi, dan teh oolong yang mengalami setengah
fermentasi.
Teh bermanfaat dalam
kesehatan dan juga memiliki nilai jual atau komersil yang tinggi, ekspor teh
selain dapat menambah devisa Negara namun juga mampu membangun perekonomian
masyarakat menjadi jauh melangkah maju kearah yang lebih baik, walau kini
Indonesia mengalami penurunan, namun dengan adanya ide-ide baru, dan
inovasi-inovasi terkini, diyakini Teh dari Indonesia tidak akan kalah saing
dipasaran, hal ini karena tingginya khasiat yang terkandung dalam Teh yang
tumbuh di tanah Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar